Penentuan Harga Pokok Proses
Konten [Tampil]
Setelah kita memahami apa itu metode harga pokok pesanan, kali ini kita akan membahas tentang
metode harga pokok proses. Apa perbedaan diantara harga pokok proses dengan harga pokok
pesanan? akan kita bahas saat ini.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PESANAN DENGAN HARGA
POKOK PROSES
Metode
Harga Pokok Pesanan
|
Metode Harga Pokok Proses
|
|
Proses
pengolahan produk
|
Proses
pengolahan produk terputus-putus, tergantung dari pesanannya
|
Proses
pengolahan produk dilakukan secara terus menerus
|
Produk
yang dihasilkan
|
Tergantung spesifikasi pesanannya
|
Produk
standar
|
Produksi ditujukan untuk
|
Memenuhi pesanan
|
Mengisi persediaan yang akan dijual
|
Contoh perusahaan
|
Perusahaan percetakan, perusahaan mebel, dll
|
Perusahaan kertas, semen, dll
|
PERBEDAAN KARAKTERISTIK PROSES PRODUKSI METODE HARGA POKOK
PESANAN DENGAN HARGA POKOK PROSES
Metode Harga Pokok Proses
|
Metode harga Pokok Pesanan
|
|
Penghitungan Biaya Produksi
|
Dihitung setiap satuan waktu periode
|
Dihitung untuk setiap pesanan.
|
Penghitungan Harga Pokok per Satuan
|
Pada akhir periode
|
Pada saat pesanan telah selesai dikerjakan
|
Rumus Perhitungan Harga Pokok per Satuan
|
Jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan selama bulan/periode
tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama
bulan/periode yang bersangkutan
|
Jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan
tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk yang diproduksi dalam pesanan
yang bersangkutan
|
Sistem
Pembebanan Biaya Pada Metode Harga Pokok Proses
1.
Semua
elemen biaya dibebankan berdasar biaya sesungguhnya
2.
Elemen
biaya tertentu yaitu biaya overhead pabrik dibebankan berdasar tarif atau biaya
yang
ditentukan di muka, sedangkan (biaya bahan dan biaya tenaga kerja dibebankan
atas dasar biaya
yang sesungguhnya digunakan)
LAPORAN HARGA
POKOK PRODUKSI
Laporan Harga
Pokok Produksi pada Metode Harga Pokok Proses digunakan untuk menghitung harga pokok
produksi produk.
Terdapat 3
bagian dalam Laporan Harga Pokok Produksi:
I.
Laporan Produksi
II. Biaya dibebankan
III. Perhitungan Harga Pokok
Contoh Soal Penghitungan Harga Pokok Produksi
menggunakan Metode Harga Pokok Proses
Departemen I
|
Departemen II
|
|
Produk
masuk proses
|
15.000 unit
|
10.000 unit
|
Produk
selesai
|
10.000 unit
|
7.500 unit
|
Produk
dalam proses
|
5.000 unit
|
2.500 unit
|
Tingkat
penyelesaian
|
100% bahan , 80% konversi
|
40% konversi
|
Biaya
bahan
|
Rp 2.600.000
|
-
|
Biaya
tenaga kerja
|
Rp 1.820.000
|
Rp 1.660.000
|
Biaya
overhead pabrik
|
Rp 2.640.000
|
Rp 2.450.000
|
Susun laporan Harga Pokok Produksi dan
buatlah jurnalnya !
Pembahasan :
Pada soal di atas
terdapat dua departemen, sehingga kita harus memisahkan ke dua departemen
tersebut menjadi departemen I dan departemen II. Selanjutnya, kita menghitung
terlebih dahulu berapakah harga pokok produksi pada departemen I
Langkah pertama,
buatlah laporan produksi pada departemen I. Laporan produksi dibuat dengan
memasukkan produk masuk proses, produk jadi, produk dalam proses, dan tingkat
penyelesaiannya.
Laporan
Produksi Departemen I
Produk
masuk proses 15.000
unit
Produk
jadi 10.000
unit
Produk
dalam proses 5.000 unit
(Tingkat
penyelesaian 100% bahan, 80% konversi) 15.000
unit
Langkah
selanjutnya, kita mencari berapakah biaya yang dibebankan pada produksi ini
dengan cara membuat tabel biaya dibebankan, kemudian kita mengisi tabel
tersebut dengan data yang telah dapatkan dari soal.
- Kolom
1 : Biaya, pada kolom ini kita menuliskan biaya apa saja yang keluar daripada proses
produksi ini
- Kolom
2 : Jumlah, dapat kita isi dengan menuliskan berapakah jumlah biaya pada
masing-
masing
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi ini, jumlahnya dapat kita lihat
dari soal di atas.
- Kolom
3 : Produksi Ekuivalen, dapat kita hitung dengan rumus :
(produk
selesai + (produk dalam proses x tingkat penyelesaian), adapun tingkat
penyelesaiannya tergantung daripada soal. Misalnya, tingkat penyelesaiannya
100% bahan, maka pada produksi ekuivalen bahan, produk dalam prosesnya dikalikan
100% kemudian ditambah produk jadinya. Hasilnya ditulis pada kolom 4. Catatan :
biaya konversi adalah biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
- Kolom
5 : Harga Pokok/unit, dihitung dengan membagi jumlah biaya dengan produksi
sekuivalen (jumlah biaya/produksi ekuivalen)
Biaya
Dibebankan
Biaya
|
Jumlah
|
Produksi Ekuivalen
|
Harga Pokok/unit
|
|
Bahan
|
Rp
2.600.000
|
10.000
+ (5.000 x 100%)
|
15.000
unit
|
Rp
173,333
|
Tenaga
kerja
|
Rp
1.820.000
|
10.000
+ (5.000 x 80%)
|
14.000
unit
|
Rp
130
|
Overhead
pabrik
|
Rp
2.640.000
|
10.000
+ (5.000 x 80%)
|
14.000
unit
|
Rp
188,571
|
Jumlah
|
Rp
7.060.000
|
Rp
491,904
|
Setelah
kita menghitung biaya yang dibebankan, selanjutnya kita menghitung harga
pokoknya.
-
Harga
pokok produksi selesai, kita hitung dengan mengalikan produk selesai dengan
total harga pokok/unit yang telah kita dapatkan pada tabel biaya dibebankan
(produk
selesai x total harga pokok/unit)
-
Harga
pokok proses, ada bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Kita hitung dengan
mengalian produk dalam proses dengan tingkat penyelesaiannya dengan harga
pokok/unit masing-masing biaya. (produk dalam proses x tingkat penyelesaiannya
x harga pokok/unit)
Perhitungan
Harga Pokok
Harga
pokok produksi selesai : 10.000 unit x Rp 491,904 = Rp 4.919.040
Harga
pokok dalam proses : 5.000 unit
Bahan : 5.000 unit x 100% x Rp 173,333 = Rp 866,665
Tenaga
kerja : 5.000 unit x 80% x Rp 130 = Rp 520.000
Overhead
pabrik : 5.000 unit x 80% x Rp 188,571 = Rp 754,284 +
Rp
2.140.949+
Harga
Pokok diperhitungkan Rp
7.059.989
Setelah
mengetahui berapa harga pokok produksinya, selanjutnya kita membuat jurnal yang
diperlukan dalam proses produksi ini.
Jurnal
Pemakaian Bahan
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
BDP
– biaya bahan
|
Rp 2.600.000
|
|
Persediaan bahan
|
Rp 2.600.000
|
Jurnal
Pencatatan Gai & Upah
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
BDP
– biaya tenaga kerja
|
Rp 1.820.000
|
|
Biaya gaji & upah
|
Rp 1.820.000
|
Jurnal
BOP
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
BDP
– BOP
|
Rp 2.640.000
|
|
BOP sesungguhnya
|
Rp 2.640.000
|
Jurnal
Penyimpanan Produk Selesai
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
Persediaan
produk selesai
|
Rp 4.919.040
|
|
BDP – biaya bahan
|
Rp 1.733.330
|
|
BDP – biaya tenaga kerja
|
Rp 1.300.000
|
|
BDP - BOP
|
Rp 1.885.710
|
Catatan
: BDP – biaya bahan. Biaya tenaga kerja, BOP, nilainya didapat dari perkalian
produk
selesai dengan harga pokok/unit setiap biaya.
Jurnal
Pencatatan Produk Dalam Proses
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
Persediaan
produk dlm proses
|
Rp 2.140.949
|
|
BDP – biaya bahan
|
Rp 866.665
|
|
BDP – biaya tenaga kerja
|
Rp 520.000
|
|
BDP - BOP
|
Rp 754.284
|
Selanjutnya,
kita menghitung harga produksi pada departemen II, berpindahnya departemen bertujuan
untuk menyelesaikan produksi barang. Berarti produk selesai pada departemen I
berpindah ke departemen II
Langkah
pengerjaanny sama, kita buat terlebih dahulu laporan produksinya.
Laporan
Produksi Departemen II
Produk
diterima dari departemen I 10.000
unit
Produk
selesai 7.500 unit
Produk
dalam proses 2.500 unit
(Tingkat
penyelesaian 40% konversi) 10.000
unit
Selanjutnya
membuat tabel biaya dibebankan, tahap pengerjaan sama seperti pada departemen
I, tetapi yang perlu ditambahkan adalah HP departemen I di dalamnya.
Biaya
Dibebankan
Biaya
|
Jumlah
|
Produksi Ekuivalen
|
Harga Pokok/unit
|
|
HP
departemen I
|
10.000
unit
|
Rp
491,904
|
||
HP
departemen II
|
||||
Tenaga
kera
|
Rp
1.660.000
|
7.500
+ (2.500 x 40%)
|
8.500
unit
|
Rp
195,294
|
Overhead
pabrik
|
Rp
2.450.000
|
7.500
+ (2.500 x 40%)
|
8.500
unit
|
Rp
288,235
|
Jumlah
|
Rp
9.029.040
|
Rp
975,433
|
Catatan
:
HP
departemen I, Produksi ekuivalen di dapat dari produk selesai departemen I,
Harga pokok/unitnya di dapat dari total harga pokok/unit departemen I
Kenapa
tidak ada biaya bahan? Karena pada soal departemen II tidak menggunakan bahan
sehingga biaya bahan tidak dimasukkan
Langkah
berikutnya adalah menghitung harga pokok pada departemen II. Caranya sama
dengan yang di atas
Perhitungan
Harga Pokok
Harga
pokok produk selesai : 7.500 unit x Rp 975,433 = Rp
7.315.747,5
Harga
pokok dalam proses :
HP
departemen I : 2.500 x Rp 491.904 = Rp 1.229.760
Tenaga
kerja : 2.500 x 40% x Rp 195,294 = Rp 195.294
Overhead
pabrik : 2.500 x 40% x Rp 288,235 = Rp 288.235 +
Rp
1.713.289 +
Harga
pokok diperhitungkan Rp
9.029.036,5
Langkah
terakhir, kita membuat jurnal yang diperlukan.
Jurnal
Pencatatan Gaji & Upah
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
BDP
– biaya tenaga kerja
|
Rp 1.660.000
|
|
Biaya gaji & upah
|
Rp 1.660.000
|
Jurnal
BOP
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
BDP
– BOP
|
Rp 2.450.000
|
|
BOP sesungguhnya
|
Rp 2.450.000
|
Jurnal
Pemindahan Produk Selesai Departemen I ke Departemen Lanjutan
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
BDP
– Dept I – Dept II
|
Rp 4.919.040
|
|
BDP – biaya bahan Dept I
|
Rp 1.733.330
|
|
BDP – biaya tenaga kerja Dept I
|
Rp 1.300.000
|
|
BDP – BOP Dept
|
Rp 1.885.710
|
Jurnal
Pencatatan Produk Selesai
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
Persediaan
produk selesai
|
Rp 7.315.747,5
|
|
BDP – Dept I – Dept II
|
Rp 3.689.280
|
|
BDP – biaya tenaga kerja
|
Rp 1.464.705
|
|
BDP - BOP
|
Rp 2.161.762,5
|
Catatan: BDP–Dept I–Dept II Biaya tenaga kerja, BOP,nilainya didapat dari
perkalian produk
selesai dengan harga pokok/unit setiap biaya.
Jurnal
Pencatatan Produk Dalam Proses
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
Persediaan
produk dlm proses
|
Rp 1.713.289
|
|
BDP – Dept I – Dept II
|
Rp 1.229.760
|
|
BDP – biaya tenaga kerja
|
Rp 195.294
|
|
BDP - BOP
|
Rp 288.235
|
Itu adalah bahasan awal kita mengenai penghitungan harga pokok dalam proses, jika ada yang mau ditanyakan, silakan tulis di kolom komentar. Kita sama-sama sedang belajar. Baca juga lanjutan materi penentuan harga pokok dalam proses, yaitu jika diketahui produk dalam proses awalnya, disini ya
0 Response to "Penentuan Harga Pokok Proses"
Post a Comment